26 October 2006

magabut

makanya bisa mengisi blog dengan tulisan2 tak berguna itu. karena kapasitas otakku tak bguna.
senandungmu aneh.
padahal, suaramu merdu.

senyummu renyah,
walau lekuk bibirmu menanda kalah.

tatapmu lembut,
sandiwara untuk para lelaki kah?

kupikir kau cerdas,kupikir-pikir lagi...
tidak. kau tidak secerdas itu. kau hanya....
ulet. ulet dan gigih.

kau bilang kau pengalah.tapi kulihat matamu
dan kutemukan sosok penyelinap.

kau hanya kalah,
pada bayangan di muka cermin.
atau di penglihatan si buta !!!

teluk dalam, nias, 26 oktober 2006, 10.28pm
apa yang aku mau tau tentang dirimu?

kupikir semua cerita tentang dirimu.
cerita-cerita masa lalu yang membuatmu berisi, punya arti
atau mungkin cerita-ceritamu itu yang memberi makan kepercayaan diriku?
ya, benar juga apa adanya!
cerita dari bibirmu itu bukan kata-kata, melainkan angka-angka.
dan jarum khayal dalam benakku bergulir ke kanan dan ke kiri, menjadi saksi harga diriku.

kau tau, manisku?
semua ucapku adalah untuk membeli keyakinanku,
bahwa aku ingin merasa berharga buatmu.
sungguh!!!

teluk dalam, nias, 26 oktober 2006, 10.15pm

04 October 2006

ngaco

semua yang kuinginkan ada padamu.
ingin kuletakkan semua yang pernah kumimpikan
di hadapanmu,
biar kamu saja tentukan nasibku.

maka, aku pergi.
hanya untuk mencari pilihan lain.
cuma sebuah cara melarikan diri,
bukan cara untuk menyadarkan diri.
dan pergi hanya semakin menguatkan
pelukan-pelukan yang belum pernah diberikan.

bagaimana mungkin rasa bisa memilih,
karna rasa cenderung mabuk.
dan dalam mabuknya, rasa tidak pernah bisa ingkar.

pengingkaran yang tak ada guna !
nias, sebuah pulau impian. bener2 ga nyesel untuk datang ke pulau ini. pulau indah dengan penghuni yang indah.
sepinya malam, akrabnya penduduk, hantu dendam perang antar öri(semacam area kekuasaan bangsawan), tuak suling, perempuan cantik, orang tua tak berbahasa indonesia, nyaring suara debur ombak, babi panggang, jalan utama tanpa lampu, malu-malu sinyal hape, mitos mistique, kawin muda, janda muda beranak dua, anak kecil pemecah batu karang, wanita tua mengeduk pasir.
sebuah peradaban dalam langkah menuju moderenisasi. merenggangkan ikatan kebersamaan dalam kesulitan, mengencangkan persaudaraan dalam kebahagiaan.situasi kondusif untuk mengembangkan empati dan ketegasan, fleksibilitas dan keteguhan. harus juga menahan diri supaya tidak merusak budaya asli nias yang makin tergerus dengan materialisme, city-people wanna be.